Sunday, January 12, 2020

Jangan Lihat Seseorang Dari Kesuksesannya, Lihat Pribadinya


Dalam kehidupan ini, kerapkali kita dihadapkan dengan berbagai kejadian yang membuat kita merasa direndahkan oleh orang lain. Banyak kejadian yang memungkinkan orang-orang di sekitar kita untuk menganggap diri mereka lebih tinggi dari kita. Hal ini merupakan sesuatu yang manusiawi. Kita tahu bahwa manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang kompetitif. Manusia memiliki ego dasar yang dimiliki untuk bertahan hidup. Manusia selalu ingin menjadi lebih baik dari manusia lainnya atau paling tidak, manusia ingin terlihat lebih baik dibandingkan dengan sesamanya. Jika kita melihat kepada abad pertama manusia ada di bumi, hal ini berhubungan dengan naluri setiap mahluk hidup untuk mempertahankan hidupnya. Untuk mempertahankan hidupnya, manusia juga menjauhi sesuatu yang dianggap mengancam. Dalam kehidupan modern, ego seringkali dihubungkan dengan pekerjaan seseorang. Untuk memenuhi ego, manusia memiliki banyak cara. Salah satu cara yang paling sering digunakan oleh manusia adalah dengan berusaha menjadi yang terbaik di lingkungan pergaulannya. Banyak orang merendahkan orang lain dengan tujuan untuk membuat dirinya terlihat lebih tinggi. Manusia juga cenderung merendahkan orang lain yang dianggap berbeda dari kebanyakan orang. Hal ini berkaitan dengan mekanisme pertahanan manusia. orang yang di cap ‘berbeda’ kerapkali dianggap sebagai ancaman bagi lingkungan sosial. Manusia akan membenci sesuatu yang dianggap sebagai ancaman. Perbedaan seringkali dianggap sebagai ancaman yang menimbulkan rasa benci. Rasa benci kita terhadap seseorang tentu bisa mendorong kita untuk merendahkan orang yang kita benci.
                Dengan sebuah kenyataan bahwa akan selalu ada kondisi dimana kita direndahkan oleh orang lain, muncul sebuah pertanyaan besar. Apa yang harus kita lakukan jika kita direndahkan oleh orang lain? Banyak orang berkata bahwa kita harus membuktikan kepada mereka yang merendahkan kita. Banyak orang berkata kita harus membuktikan kepada mereka dengan kesuksesan kita. Disini muncul lagi sebuah pertanyaan besar yaitu apakah kita memiliki keharusan untuk membuktikan dengan berbagai pencapaian-pencapaian yang kita raih? Banyak orang akan mengatakan ‘ya’ pada pertanyaan ini. Hal ini disebakan karena sebagian orang berfokus pada apa yang terlihat. Terlepas dari banyaknya orang yang masih menjunjung tinggi prinsip ini, alangkah baiknya kita merenung. Coba kita renungkan akan apa yang ada di dalam kendali kita dan apa saja yang berada di luar kendali kita. Contoh yang paling sederhana adalah pendapat orang lain tentang kita yang sudah jelas berada di luar kendali kita. Tempat dimana kita dilahirkan, dari keluarga mana dan siapa saja orang-orang yang ada di sekeliling kita merupakan contoh-contoh lain akan apa yang tidak bisa kita kendalikan. Peristiwa-peristiwa diatas merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak. Banyak orang mengartikan hal ini sebagai faktor keberuntungan. Seperti yang kita tahu, yang menentukan suskses tidaknya kita sebenarnya tidak semata-mata bakat kita. Ketekunan dan tempat serta waktu yang tepat adalah penentu kesuksesan terbaik. Dari penjabaran diatas bisa kita ketahui bahwa sebenarnya kesuksean seseorang tidak sepenuhnya berada dibawah kendali orang tersebut. Banyak faktor eksternal yang memengaruhi kesuksesan seseorang
                Dalam sebuah buku yang berjudul ‘’Filosofi Teras’’, kita mengenal dikotomi dan trikotomi kendali. Dikotomi kendali adalah sesuatu yang benar-benar berada di luar kendali kita sedangkan trikotomi kendali adalah sesuatu yang sebagian berada di bawah kendali kita dan sebagian tidak. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali orang tidak menyadari bahwa pencapaian seseorang sesungguhnya merupakan trikotomi kendali. Meskipun sebenarnya lebih bijak jika kita memperhatikan kedua aspek yaitu internal dan eksternal, masih banyak orang yang hanya berfokus kepada salah satu faktor saja untuk mengejar sukses. Beberapa artikel di internet menegaskan bahwa sesungguhnya kesuksesan seseorang merupakan faktor keberungungan. Namun sebenarnya perlu diketahui bahwa dalam kehidupan ini rasanya lebih baik jika kita berpegang pada prinsip trikotomi kendali. Dengan berpegang pada prinsip trikotomi kendali, kita akan memperjuangkan apa yang kita inginkan namun kita tidak akan merasa sedih jika kesuksesan tidak kita dapatkan. Meskipun saya mengakui trikotomi kendali, saya tetap membenarkan bahwa memang faktor di luar diri kita lebih memengaruhi kesuksesan kita.
                Jika kita melihat lebih jauh mengenai trikotomi kendali, kita bisa menyebutkan beberapa contoh. Jika kita dihadapkan pada situasi dimana kita sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk memenangkan sebuah perlombaan namun hal ini tidak menjamin kemenangan kita. Banyak yang berpikir bahwa kita dapat memenangkan sebuah perlombaan dengan bekerja keras, menyiapkan strategi, menjaga kesehatan fisik dan mental namun dibalik semua itu kita harus ingat bahwa ada hal yang di luar kendali kita. Pertimbangan juri yang terkadang subjektif, siapa lawan kita dan situasi yang ada di sekeliling kita saat kita berloma merupakan hal-hal yang berada di luar kendali kita. Dua orang dengan kemampuan yang sama ditempatkan dalam dua tempat. Yang satu berada di tempat dimana kemampuan orang-orang di tempat tersebut dibawah kemampuan dirinya dan yang satu ditempatkan di tempat yang kemampuan orang-orangnya diatasnya, tentu peluang kesuksesan lebih besar pada seorang yang pertama. Apakah sebagai orang yang bukan berasal dari tempat yang pertama maupun tempat yang kedua, kita akan menilai bahwa orang yang pertama lebih baik daripada orang yang kedua karena kesuksesan yang kita lihat? Jika jawabannya iya, coba renungkan kembali pernyataan-pernyatan diatas. Contoh lain dari trikotomi kendali adalah ketika kita melihat seseorang yang tampaknya tidak memiliki bakat yang baik namun karena ia berada di tempat yang mendukung dia untuk menjadi yang terbaik, ia bisa menjadi seorang yang berprestasi. Melihat fenomena ini, sudah saatnya kita menilai orang berdasarkan kualitas pribadinya, bukan dengan kesuksesannya. Kesuksesan seseorang tidak menjamin bahwa orang tersebut merupakan pribadi yang berkualitas.
                Terlepas dari perkataan banyak orang bahwa kita bisa merubah nasib kita seutuhnya, kita tetap harus menyadari bahwa kita sebagai manusia hanya bisa berusaha. Bahkan kisah-kisah manis seperti seorang underdog yang tidak disukai berhasil sukses menjadi top dog yang disukai kerap mewarnai tema novel ataupun lirik dari sebuah lagu. Namun dalam kenyataannya tidak semua bisa seperti itu. Kisah-kisah motivasi dan lagu yang berisikan motivasi hanya bisa membuat kita berjuang lebih keras. Perjuangan belum tentu berujung kesuksesan, bisa saja orang tidak menghargai usaha kita, sekeras apapun kita berjuang.
                Orang-orang yang direndahkan di lingkungan sosialnya cenderung didorong untuk membuktikan kepada orang-orang yang merendahkan mereka dengan prestasi. Hal ini disebabkan karena masih banyak orang yang mengasosiasikan bakat dan kelebihan-kelebihan seseorang dengan prestasi yang ia raih, padahal sudah jelas bakat tidak selalu menjamin bahwa seseorang akan sukses. Mengenai hal ini, kita harus menyadari bahwa sebenarnya kesuksesan tidak sepenuhnya berada di dalam kendali kita. Kesuksesan sesungguhnya merupakan trikotomi kendali yang melibatkan keberuntungan dan usaha. Jika kita telah berusaha sekuat tenaga untuk meraih kesuksesan tetapi ia tak kunjung datang, jangan bersedih. Disini perlu diakui bahwa seringkali kesuksesan membutuhkan lebih banyak faktor di luar kendali kita dibandingkan dengan faktor yang ada di dalam kendali kita. Yang perlu kita lakukan adalah menaruh fokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali kita seperti pendirian kita yang baik, ketekunan kita, bakat kita dan hal-hal lain yang bisa kita kendalikan. Jika anda adalah seorang yang sudah berjuang dan berkali-kali gagal, jangan bersedih. Tugas anda adalah tetap berjuang dan tunjukkan bahwa anda merupakan seorang yang gigih dan berkepribadian baik.
 Coba kita pikir kembali, apakah adil jika kita menilai seseorang dari kesuksesan atau prestasinya?

Kuliah Tidak Menjamin Kesuksesan


Pendidikan merupakan salah satu hal utama yang membangun kehidupan manusia. Baik pemerintah maupun masyarakat menyadari urgensi pendidikan dalam membangun bangsa dan negara. Inovasi-inovasi penting telah dilakukan untuk memajukan sistem pendidikan di Indonesia. Berbagai cara juga telah dilakukan untuk membangun pendidikan di negri ini. Hal ini pastinya bertujuan untuk membawa negara Indonesia ke arah yang lebih maju. Seperti yang kita ketahui bahwa negara-negara maju di dunia pastinya memiliki sistem pendidikan yang maju pula. Pendidikan juga kerap disebut sebagai suatu proses memanusiakan manusia. Pendidikan setelah sekolah, atau yang biasa kita sebut sebagai pendidikan tinggi merupakan sesuatu yang memang memegang peran yang cukup penting di era revolusi industri 4.0 ini. Menurut KBBI, pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian pendidikan, bisa kita lihat bahwa pendidikan adalah suatu proses pembelajaran untuk membentuk keterampilan. Tentu keterampilan yang dimaksud disini adalah keterampilan yang pasti berguna untuk kehidupan kita.
Meski hampir semua orang menyadari pentingnya pendidikan, masih banyak orang yang tidak mementingkan hakikat dari pendidikan itu sendiri. Hakikat dari pendidikan adalah suatu proses untuk menuntun manusia akan cara hidup yang seharusnya. Pendidikan merupakan suatu dasar untuk membentuk kepribadian dan keterampilan yang baik. Layaknya di negara-negara lain, pendidikan di Indonesia mengenal sistem pendidikan tersier yang biasa kita sebut sebagai sistem pendidikan formal setelah sekolah. Untuk menempuh sistem pendidikan setelah sekolah, banyak cara yang bisa kita lakukan. Meski banyak cara yang dapat kita lakukan, masih banyak orang yang menganggap hanya dengan berkuliah kesuksesan karir dapat dicapai.
 Jika kita amati mengenai fenomena di masyarakat yang menyangkut tentang pendidikan, masih banyak hal-hal yang belum berjalan sebagaimana mestinya. Kerapkali kita melihat sesuatu yang bisa dikatakan memrihatinkan. Dewasa ini banyak sekali kita temukan para orang tua yang memaksakan anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan tinggi setelah lulus dari bangku SMA. Masih banyak juga kita temukan para orang tua yang berpikir bahwa kuliah dapat menjamin kesuksesan. Meskipun banyak orang tua yang ingin anaknya mengenyam pendidikan tinggi, pada kenyataannya banyak anak yang justru tidak ingin mengenyam pendidikan tinggi. Tentu saja ini mengakibatkan timbulnya keterpaksaan dalam menjalankan kuliah sehingga perkembangan mereka tidak maksimal. Hal ini memiliki dampak negatif bagi mental anak-anak yang menjalankan kuliah dengan keterpaksaan.
Anggapan yang Keliru
Banyak orang beranggapan bahwa kuliah pasti membawa seseorang kepada kesuksesan padahal, hal tersebut belum tentu adanya. Dengan adanya anggapan tersebut, para orang tua terkadang memaksakan kehendaknya agar anaknya bisa berkuliah. Hal ini disebabkan oleh keinginan orang tua untuk melihat anaknya sukses. Tentu saja niat dari setiap orang tua yang ingin anaknya berkuliah adalah baik. Orang tua terkadang lupa bahwa tujuan yang baik bisa diwujudkan tidak dengan hanya satu tindakan, banyak cara-cara lainnya yang mungkin lebih tepat untuk seorang individu. Perlu digarisbawahi bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk meraih kesuksesan.
Jika kita cermati kuliah sebenanya bukan merupakan sesuatu yang wajib untuk menuju sukses. Anggapan bahwa kuliah adalah satu-satunya cara untuk menuju sukses pada dasarnya hanyalah salah satu contoh kesalahan pengambilan premis. Disini kita harus meluruskan kesalahan pengambilan premis tersebut. Perlu digarisbawahi bahwa sesungguhnya tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tertulis pada pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Mencerdaskan kehidupan bangsa berarti menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang penuh wawasan dan pengetahuan. Banyak cara untuk mencapai tujuan nasional ini. Suatu tujuan tidak harus hanya dilakukan dengan satu cara.
Banyak perusahaan-perusahaan yang masih mewajibkan calon karyawannya untuk lulus minimal SI atau D3. Hal ini tentu disebabkan oleh kesalahan penyusunan mindset yang mengatakan bahwa hanya dengan kuliah, kemampuan yang dibutuhkan untuk bekerja terpenuhi. Faktanya, tidak semua kemampuan untuk bekerja didapat dari perkuliahan. Pengalaman dan pendidikan masa kecil adalah faktor utama yang paling menentukan. Pada masa kecil, kepribadian kita haruslah dibentuk sedemikian rupa agar bisa memiliki kepribadian yang baik. Membentuk kepribadian orang di tempat kuliah merupakan sesuatu yang sia-sia. Disini muncul sebuah pertanyaan besar, apakah kuliah hanya merupakan satu-satunya cara untuk menuju kesuksesan?
Yang Lulus Kuliah Belum Tentu Sukses
Kuliah sebenarnya tidak menjamin kesuksesan. Kecerdasan seorang individu tidak bisa diukur hanya dengan sebuah ijazah. Banyak orang berpikir bahwa hanya dengan berkuliah mereka dapat belajar mengenai soft skill, yang berarti kemampuan untuk bersosialisasi padahal hal ini tidak terbukti adanya. Soft skill, kemampuan seorang individu dalam mengelola emosi merupakan sebuah kemampuan yang proses belajarnya berlangsung seumur hidup. Pengembangan kemampuan bergaul dan mengelola emosi akan lebih maksimal jika seseorang memiliki kemauan kuat untuk mengasahnya, bukan sekedar dengan berkuliah di perguruan tinggi. Banyak hal-hal diluar kegiatan perkuliahan yang bisa mengasah soft skill seseorang.
Pada tahun 2019, angka pengangguran sarjana meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran mengalami penurunan sebanyak 50 ribu orang dari 6.87 juta orang menjadi 6.82 juta orang. Memang dilihat dari data diatas, angka pengangguran mengalami penurunan. Namun angka pengangguran sarjana dari golongan tenaga kerja yang menganggur meningkat. Jika kita cermati dari data penurunan angka pengangguran, pasti ada cara lain yang mereka lakukan untuk bisa bekerja tanpa harus menjadi sarjana. Cara yang mereka lakukan tentu banyak yang berhasil, dibuktikan dengan data dan fakta meningkatnya angka pengangguran gelar sarjana. Hal ini membuktikan bahwa sudah saatnya kita memikirkan inovasi-inovasi lain selain dengan berkuliah.
Kuliah memang merupakan sesuatu yang baik untuk mengembangkan bakat kita tetapi kita juga harus berpandangan realistis. Tidak semua orang bisa puas dengan kegiatan perkuliahan. Seperti yang kita tahu bahwa dengan mengenyam pendidikan di bangku kuliah, kita harus mempelajari apa yang diwajibkan berdasarkan sebuah standar. Bagi orang-orang tertentu ini merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Jika seseorang mempelajari sesuatu dengan tidak nyaman, tentu akan menghambat semangat mereka untuk maju.
Banyak Orang Bisa Sukses Tanpa Kuliah
            Jika kita amati orang-orang sukses di dunia, banyak dari mereka yang tidak memiliki gelar apapun. Orang-orang yang masuk kedalam jajaran orang tersukses di dunia banyak yang tidak lulus pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil riset dari majalah Forbes pada tahun 2017, dari persentase 100 orang terkaya di dunia, 32 persen dari mereka tidak kuliah. Banyak orang yang bisa sukses tanpa harus kuliah. Seperti contohnya Bill Gates yang dikeluarkan dari tempat kuliahnya karena ia terlalu fokus untuk menciptakan Microsoft. Mark Zuckerberg yang juga dikeluarkan dari tempat kuliahnya karena ia terlalu fokus mengembangkan sebuah platform sosial media, Facebook.
            Banyak orang sukses di Indonesia yang tidak kuliah. Kita ambil contoh Bob Sadino yang merasa beruntung tidak sempat kuliah. Karena ia tidak kuliah, ia jadi termotivasi untuk mengembangkan bakatnya sehingga ia bisa menjadi pengusaha sukses yang mempekerjakan banyak sarjana. Susi Pudjiastuti yang pernah menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan hanya mengenyam pendidikan hingga bangku SMA saja. Meski ia hanya mengenyam pendidikan hingga SMA, ia berhasil menjadi orang yang sukses hingga hampir semua orang di Indonesia mengenalnya. Andy F. Noya yang terkenal lewat acara yang dibawakannya yaitu ‘Kick Andy’ hanya merupakan lulusan STM. Meski ia hanya lulusan STM, ia tekun mengembangkan bakatnya sehingga ia bisa menjadi sukses. Masih banyak lagi contoh-contoh orang yang sukses tanpa kuliah. Melihat fakta diatas, masih haruskah kita menganggap bahwa kuliah merupakan satu-satunya hal yang bisa dilakukan setelah menyelesaikan pendidikan di SMA?
Hal Yang Bisa Dilakukan Setelah Lulus Sekolah Selain Kuliah
            Banyak hal yang bisa kita kerjakan setelah lulus kuliah. Kita tidak harus memaksakan diri jika kita memang tidak ingin kuliah. Kegiatan seperti mengikuti kursus, langsung bekerja ataupun belajar secara autodidak juga bisa membawa seseorang kepada kesuksesan. Ada orang yang ingin mengembangkan bakatnya dan ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh sehingga kesuksesan bisa ia capai. Ada orang yang berani mengambil resiko sehingga pada titik tertentu, seseorang bisa menuju kesuksesan. Perlu ditekankan bahwa menempuh pendidikan setelah lulus SMA bisa dilakukan baik dengan lembaga formal, informal maupun secara mandiri. Sebenarnya banyak cara untuk meraih kesuksesan.
Sudah Saatnya Kita Menentukan Jalan Kita Sendiri
Dari hal-hal diatas bisa kita lihat berbagai fakta bahwa masih banyak orang yang menganggap bahwa hanya dengan kuliah seseorang bisa mencapai kesuksesan. Kesalahan berpikir hingga ketakutan akan kurangnya pergaulan untuk pengembangan soft skill melatarbelakangi mengapa orang-orang banyak yang memaksakan untuk kuliah meskipun belum tentu itu merupakan panggilan hidupnya. Dengan fenomena diatas, ada beberapa ide yang bisa menjadi solusi. Ide yang pertama adalah pemerintah mendirikan sebuah lembaga khusus untuk sertifikasi sebagai bentuk penghargaan terhadap orang yang mengasah kemampuan diri mereka dengan autodidak. Ide yang kedua adalah pemerintah memberikan bantuan dana untuk pendirian lembaga-lembaga kursus keterampilan. Ide yang ketiga adalah membangun konstruksi hukum yang memberikan sanksi perdata bagi perusahaan-perusahaan yang menyertakan lulus kuliah sebagai syarat mutlak untuk menjadi karyawan. Dengan solusi-solusi diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa sudah seharusnya kita menghapus anggapan bahwa kuliah sebagai satu-satunya jalan menuju kesuksesan.

Pemindahan Ibu Kota, Terobosan yang Harus Segera Dilaksanakan


Jika kita cermati, akhir-akhir ini banyak hal yang melatarbelakangi munculnya sebuah ide di masyarakat mengenai pelaksanaan pemindahan ibu kota. Pemindahan ibu kota rencananya akan dilakukan dari Jakarta ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kertanegara yang terletak di Kalimantan Timur. Ide mengenai pemindahan ibu kota sebenarnya sudah ada sejak lama namun tidak kunjung terealisasikan. Jika kita telusuri lebih mendalam, yang menjadi latar belakang kemunculan ide tersebut adalah kesadaran masyarakat mengenai pentingnya ibu kota dalam berlangsungnya kehidupan pemerintahan di suatu negara. Penempatan ibu kota sudah sepantasnya menjadi sebuah hal yang penting untuk dipertimbangkan. Menurut KBBI, pengertian ibu kota sendiri adalah kota dimana pemerintahan suatu negara berpusat. Dari pengertian tersebut, bisa kita ketahui bahwa kualitas ibu kota di suatu negara sedikit banyak pasti berhubungan dengan keadaan suatu negara secara keseluruhan.
 Dalam menentukan daerah mana yang akan dijadikan sebagai ibu kota tentu kita harus mempertimbangkan berbagai aspek. Kita harus memperhitungkan apakah lokasi tersebut memungkinkan untuk dijadikan sebagai ibu kota negara. Kita juga harus memperhatikan aspek-aspek sosial di suatu daerah. Lokasi yang akan dijadikan ibu kota harus minim akan potensi adanya kriminalitas dan konflik. Lokasi keberadaan ibu kota negara juga haruslah strategis. Pemindahan ibu kota baru merupakan sebuah terobosan yang bisa dikatakan sangat bermanfaat. Pemindahan ibu kota akan membawa dampak positif yang tentu saja akan berguna untuk kemajuan bangsa. Berbagai alasan juga turut melatarbelakangi mengapa pemindahan ibu kota sebaiknya segera dilakukan.
Jika kita amati, Jakarta merupakan kota yang padat bukan hanya padat dengan penduduknya melainkan padat dengan segala permasalahan di dalamnya. orang dari berbagai latar belakang berbeda yang berasal dari luar Jakarta melakukan transmigrasi ke Jakarta untuk mengadu nasib. Tentu saja hal ini menambah kepadatan penduduk di Jakarta yang menyebabkan kurangnya lapangan pekerjaan yang berujung pada peningkatan angka kriminalitas. Jakarta yang kini menjadi ibu kota negara kita memiliki perekonomian yang termasuk kedalam peringkat pertama dalam daftar sepuluh kota dengan ekonomi terbesar di Indonesia. Menurut riset dari Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta menguasai ekonomi Indonesia sebesar 16,95%. Sekitar seperlima bagian ekonomi di Indonesia berada di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Dengan fakta bahwa Jakarta adalah pusat perekonomian, tentu saja hal ini menimbulkan persepsi bahwa dengan datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan akan membawa perubahan positif berupa peningkatan taraf hidup seseorang padahal, hal tersebut belum tentu adanya. Asumsi tersebut juga menyebabkan banyak orang berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
 Penduduk Indonesia sangatlah banyak terutama untuk usia produktif. Karena jumlah penduduk usia produktif di Indonesia sangatlah banyak, kebutuhan akan lapangan pekerjaan sangatlah besar.  Asumsi bahwa dengan mengadu nasib ke Jakarta dapat meningkatkan taraf hidup seseorang juga menyebabkan Jakarta menjadi kota yang sangat padat. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkan lapangan pekerjaan di Jakarta namun tidak diiringi dengan lapangan pekerjaan yang bisa menampung mereka. Hal tersebut mengakibatkan persaingan dan konflik semakin ketat sehingga kriminalitas meningkat. Pada tahun 2018 lalu, Kapolda Metro Jaya, Irjen Idham Azis menyatakan bahwa ada satu kejahatan terjadi di wilayah Jakarta setiap 16 menit 27 detik. Berdasarkan data yang diperoleh dari kepolisian, Jakarta merupakan kota dengan Sembilan kasus pencurian setiap harinya.
 Dengan memindahkan ibu kota, sedikit banyak kita akan mengurangi banyaknya orang yang datang ke Jakarta sehingga mengurangi persaingan tidak sehat yang berujung kepada kriminalitas. Karena jika dengan memindahkan ibu kota bisa mengurangi angka kriminalitas di Jakarta yang memiliki penduduk yang sangat padat, tentu saja hal tersebut akan mengurangi potensi konflik. Salah satu dampak dari konflik bagi masyarakat adalah munculnya rasa tidak aman dari masyarakat itu sendiri. Konflik yang tidak terkendali keberadaannya sangatlah berbahaya. Konflik yang tidak terkendali juga bisa mengancam stabilitas negara secara keseluruhan. Jika terjadi konflik di ibu kota, pastinya akan mendorong banyak orang dari seluruh Indonesia untuk saling memprovokasi satu sama lain. Dengan memindahkan ibu kota, stabilitas negara bisa terjaga. Pemindahan ibu kota juga bisa dikatakan sebagai pelaksanaan dari salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu melindungi segenap tumpah darah Indonesia.
Kepadatan penduduk di Jakarta juga membuat pemenuhan kebutuhan hidup semakin sulit. Seperti yang kita tahu bahwa jika sebuah kota menjadi pusat perekonomian suatu negara, belum tentu kota tersebut memiliki lapangan pekerjaan yang cukup untuk menampung orang-orang dari berbagai kota lainnya, apalagi jika kita melihat perbandingan luas kota dengan luas suatu negara hanyalah satu banding jutaan kilometer. Dengan tingginya angka kriminalitas yang disebabkan karena kurangnya lapangan pekerjaan, tentu saja Jakarta sudah tidak layak dijadikan sebagai ibu kota. Ibu kota negara haruslah minim potensi konflik. Jika suatu ibu kota negara yang merupakan pusat pemerintahan terjadi banyak konflik, kegiatan pemerintahan akan terganggu. Kegiatan pemerintahan dalam suatu negara merupakan sesuatu yang penting dalam membangun suatu negara menjadi negara yang lebih baik.
Jakarta merupakan kota yang sudah tercemar dengan fakta bahwa Jakarta merupakan peringkat kedelapan sebagai kota dengan polusi udara terbesar di dunia berdasarkan parameter dari AirVisual. Dengan melakukan pemindahan ibu kota akan mengurangi penduduk di Jakarta sehingga polusi udara bisa dikurangi. Seperti yang kita tahu bahwa kita juga harus memperhatikan kondisi lingkungan karena lingkungan merupakan tempat tinggal manusia. Jika lingkungan tidak dijaga, akan ada kemungkinan suatu saat wilayah tersebut tidak lagi memungkinkan untuk dihuni. Selain udara di Jakarta yang tercemar, Jakarta juga sering dilanda banjir. Berdasarkan penelitian dari Institut Teknologi Bandung, wilayah Jakarta Utara akan tenggelam sepenuhnya di tahun 2050. Sangat mengkhawatirkan jika Jakarta tetap menjadi ibu kota. Dengan seringnya Jakarta dilanda banjir ditambah dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050 bisa dipastikan bahwa Jakarta tidak layak lagi untuk menjadi ibu kota negara. Tentu saja ibu kota negara harus minim potensi bencana alam. Terjadinya bencana alam akan menganggu proses pemerintahan karena akses transportasi tidak lancar.
Banyak orang beranggapan bahwa dengan melakukan pemindahan ibu kota, akan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Namun perlu kita ketahui bahwa berdasarkan fakta, Provinsi Kalimantan Timur sendiri memiliki cadangan minyak sekitar 1,3 milyar barrel atau 13% dari cadangan minyak nasional yang besarnya 9,7 dan memiliki cadangan gas total sebesar 47,8 TCF (Trilion Cubic Feet) atau hampir setara dalam cadangan minyak nasional. Hal ini merupakan suatu potensi yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan memindahkan ibu kota tentunya akan lebih mudah untuk mengusahakan agar sumber daya alam di suatu wilayah bisa dikelola dengan baik. Sumber daya alam yang banyak dan melimpah bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia secara umum, bukan hanya masyarakat di wilayah tersebut saja. Kita juga bisa melakukan ekspor minyak dan gas ke berbagai negara yang tidak hanya menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Jika kita melakukan banyak ekspor minyak dan gas ke berbagai negara, kita juga bisa menjalin hubungan lebih akrab dengan negara lain. Negara kita bisa lebih dikenal baik oleh dunia yang pada akhirnya berdampak pada mudahnya menjalin hubungan kerjasama dalam organisasi-organisasi internasional. Dengan kesempatan kita untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah ini, tentu kita  menghasilkan banyak keuntungan. Anggapan bahwa melakukan pemindahan ibu kota hanya merupakan suatu pemborosan dana merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Pemindahan ibu kota justru dapat menghasilkan keuntungan mengingat banyaknya sumber daya alam di Kalimantan Timur. Hal ini juga sesuai dengan tujuan salah satu tujuan negara Indonesia yaitu menyejahterakan segenap tumpah darah Indonesia.
Untuk mengarahkan negara Indonesia menuju kemajuan, akan jauh lebih baik jika pemerintah juga mengembangkan perekonomian diluar Jakarta agar ketimpangan bisa dikurangi. Dengan memindahkan ibu kota, pemerintah perlahan-lahan mengembangkan perekonomian bukan  di Pulau Jawa saja. Dengan ini, kota yang dijadikan ibu kota baru akan berekembang secara sosial dan ekonomi sehingga menimbulkan inspirasi kepada kota-kota lainnya yang belum maju untuk memajukan kotanya masing-masing. Dengan timbulnya semangat demikian, perlahan-lahan produktivitas rakyat akan meningkat sehingga dapat memperbaiki kualitas kehidupan bangsa dan mempercepat terjadinya pembangunan nasional.
Banyak orang mengatakan bahwa dengan melakukan pemindahan ibu kota akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun jika dalam membangun suatu kota menjadi sebuah kota yang maju membutuhkan waktu yang cukup lama bukan berarti hal tersebut tidak bisa dilakukan. Memindahkan ibu kota juga merupakan sebuah strategi yang bersifat jangka panjang. Tindakan yang dikerjakan memang secara perlahan tapi pasti membuahkan hasil yang manis. Mengingat untuk membangun suatu negara menjadi negara yang lebih maju membutuhkan waktu yang lama, tidak bisa terburu-buru. Melakukan suatu pergerakan untuk memajukan bangsa kearah yang lebih baik meskipun lambat tentu merupakan sesuatu yang harus dilakukan dibandingkan dengan kita hanya mengharapkan sesuatu namun kita berpasrah dengan keadaan.
Beberapa negara di dunia telah melakukan pemindahan ibu kota. Pemindahan ibu kota juga telah dilakukan oleh Australia, Jepang, Malaysia dan Nigeria. Negara-negara diatas berhasil memperbaiki kehidupan pemerintahan dengan cara melakukan pemindahan ibu kota. Negara-negara diatas memiliki masalah kepadatan penduduk yang tak terkendali pada ibu kota sebelumnya. Dengan melakukan pemindahan ibu kota, masalah kesenjangan ekonomi di dalam suatu negara bisa perlahan-lahan dikurangi. Nigeria telah memindahkan ibu kotanya dari Lagos ke Abuja dengan alasan overload dan ingin melakukan pemerataan ekonomi pada tahun 1991. Setelah dilakukan pemindahan ibu kota, Abuja mengalami pertumbuhan yang pesat sebagai ibu kota baru. Dengan dilakukan pemindahan ibu kota ke Abuja, beberapa tahun kemudian Abuja masuk ke dalam daftar sepuluh kota dengan perkembangan tercepat di dunia. Melihat berbagai fenomena yang membuat Jakarta tidak lagi layak menjadi ibu kota, sudah sepantasnya kita melakukan apa yang dilakukan oleh negara-negara diatas yaitu memindahkan ibu kota.
Pemindahan ibu kota bisa membantu memajukan daerah yang akan dijadikan sebagai ibu kota tanpa mengurangi kemajuan ekonomi ibu kota sebelumnya. Karena pada dasarnya jika pemindahan ibu kota dilakukan, kita tidak melakukan pemindahan pusat perekonomian melainkan kita memindahkan pusat pemerintahan yang nantinya bisa membantu memajukan perekonomian di kota yang dituju. Ketika sebuah kota perekonomiannya sudah maju, akan kecil kemungkinan untuk mengalami penurunan secara drastis di bidang ekonomi. Dengan adanya kemajuan di bidang perekonomian, tentu kita tidak akan tertinggal dengan negara-negara yang sekarang sedang fokus untuk membangun negaranya.
Sebagian orang mempertanyakan mengenai akses ke Pulau Kalimantan dimana menjadi tujuan untuk pemindahan ibu kota baru, terutama bagi sebagian orang yang berada di Pulau Jawa. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar namun, perlu kita ketahui bahwa letak ibu kota haruslah strategis agar orang-orang dari seluruh Indonesia bisa mendapatkan akses yang mudah. Dengan tetap menjadikan Jakarta sebagai ibu kota, memang orang-orang yang berada di Pulau Jawa dan sekitarnya mudah untuk mendatangi ibu kota tetapi bagi penduduk yang berada di pulau yang jauh dari Pulau Jawa seperti penduduk dari Papua atau Bali, tentu ini merupakan sebuah ketidakadilan. Dengan melaksanakan pemindahan ibu kota, pemerintah telah menjalankan sila kelima dari Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Membahas mengenai penduduk di Kalimantan dan sekitarnya yang memang akan mudah untuk mendatangi ibu kota dan ada beberapa wilayah yang memang letaknya jauh dari Kalimantan yang dianggap akan lebih sulit untuk mendatangi Pulau Kalimantan dikarenakan alasan biaya, tentunya ada solusi yang efektif dan efisien untuk hal tersebut. Solusi terbaik adalah memberikan akses bagi yang mudah bagi yang berkepentingan untuk mengunjungi ibu kota dengan cara mengurangi harga tiket transportasi ke Pulau Kalimantan jika memang lokasinya sangat jauh dari Kalimantan.
Pemindahan ibu kota baru merupakan sesuatu langkah yang bisa dibilang sangat visioner. Pemindahan ibu kota baru merupakan tindakan yang tepat untuk membangun masa depan Indonesia. Meskipun waktu yang dibutuhkan bisa dikatakan lama dan biaya yang dibutuhkan sangatlah banyak, pemindahan ibu kota tetap harus dilaksanakan. Perlu ditekankan bahwa rencana pemindahan ibu kota memiliki urgensi yaitu untuk memajukan bangsa. Jika negara kita ingin maju tentu saja ada resiko dalam pelaksanaannya tetapi hal tersebut sudah sepantasnya bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan pemindahan ibu kota.
Mengenai kekhawatiran akan pemindahan ibu kota yang diduga akan tetap menimbulkan lonjakan penduduk tanpa adanya lapagan kerja yang cukup seperti di Jakarta sekarang, tentu saja ada solusi yang tepat untuk itu. Solusi yang tepat untuk mencegah kekhawatiran tersebut menjadi kenyataan adalah dengan cara melakukan wawancara dan memberikan pelatihan khusus bagi orang-orang yang akan mengadu nasib ke lokasi yang sudah menjadi ibu kota baru. Wawancara tersebut bisa dilakukan di tingkat RT/RW. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan soft skills dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja di tempat yang baru serta pelatihan mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam. Wawancara dilakukan untuk mengukur kesungguhan dari orang yang akan mengadu nasib ke ibu kota baru. Solusi selanjutnya adalah dengan membuka lapangan pekerjaan yang luas di seluruh wilayah di Indonesia untuk mencegah terjadinya kepadatan penduduk yang tidak terkendali pada satu wilayah saja.
 Mengenai kekhawatiran akan biaya, solusi yang tepat adalah dengan mengumpulkan dana untuk melakukan pemindahan ibu kota yang bisa berasal dari pinjaman luar negeri ataupun pinjaman dalam negeri. Setelah ibu kota dipindahkan, pemerintah melakukan pemanfaatan sumber daya alam seefektif mungkin untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi. Jika keuntungan ekonomi sudah terkumpul banyak, jika dana yang diperoleh merupakan dana hasil dari meminjam, keuntungan tersebut bisa digunakan untuk melunasi hutang tersebut. Setelah hutang yang digunakan untuk memindahkan ibu kota telah lunas, pemerintah tetap mengembangkan sumber daya alam yang ada sehingga keuntungan yang didapat bisa berguna bagi kesejahteraan rakyat.  Sehingga dari pernyatan-pernyataan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa sudah sepantasnya pemindahan ibu kota dilakukan untuk Indonesia yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA
Indraini, Anisa. 2019. Ibu Kota Pindah ke Kaltim Bisa Bikin Jakarta Batal Tenggelam? Di https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-     4747072/ibu-kota-pindah-ke-kaltim-bisa-bantu-jakarta-batal-tenggelam        [diunduh 2019 Oktober 11]
Ramadhan, Adito. 2019. Kapolda Metro Jaya Sebut Kejahatan Terjadi Tiap 16      Menit di             https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/28/15273761/kapolda-          metro-jaya-sebut-kejahatan-terjadi-tiap-16-menit [diunduh 2019  Oktober           10]
Syambudi, Irwan. 2019. Minggu 6 Oktober : Kualitas Udara Jakarta Terburuk                      ke-6 di Dunia di https://tirto.id/minggu-6-oktober-kualitas-udara-       jakarta-terburuk-ke-8-di-dunia-ejic [diunduh 2019 Oktober 10]
Zuhra, Wan Ulfa Nur. 2019. Jakarta, Kota dengan Sembilan Kasus Pencurian       Setiap Hari     di https://tirto.id/jakarta-kota-dengan-9-kasus-pencurian-          setiap-hari-dko5. [Diunduh  2019 Oktober 9]

Ayo Wujudkan 100 Persen Sanitasi Sehat 2025


Lingkungan merupakan sesuatu yang penting bagi berlangsungnya kehidupan mahluk hidup. Lingkungan merupakan tempat dimana unsur biotik mempertahankan hidupnya. Kualitas kebersihan lingkungan tentu mencerminkan kualitas kesehatan penghuninya. Kita sebagai manusia yang memiliki akal budi melebihi mahluk lainnya sudah sepantasnya menyadari urgensi dari kebersihan lingkungan. Moralitas kita bisa tercermin dari bagaimana cara kita memperlakukan lingkungan tempat kita tinggal. Kita tidak boleh tinggal diam jika melihat kondisi lingkungan sudah tidak layak untuk dikatakan sebagai lingkungan sehat. Kita sebagai manusia memiliki peranan yang cukup besar untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat kita tinggal.
Sanitasi sendiri memiliki pengertian yaitu perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Dari pengertian sanitasi, sudah jelas bahwa tujuan sanitasi adalah menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Kualitas penduduk di suatu negara bisa dilihat dari tiga aspek yaitu kesehatan, pendapatan dan pendidikan. Kesehatan memegang peranan yang cukup penting dalam berlangsungnya hidup manusia karena penduduk yang sehat adalah syarat untuk terpenuhinya sumber daya manusia yang baik.
Sanitasi di Indonesia saat ini masih bisa dikatakan memrihatinkan. Menurut WHO, Indonesia berada di peringkat ketiga sanitasi terburuk pada tahun 2017. Bayangkan, Indonesia negara yang dikenal dengan keindahan alamnya menempati posisi ketiga sanitasi terburuk dunia. Sungguh ini merupakan sesuatu yang sangat ironis. Ditambah degan data pada tahun 2015, rumah tangga bersanitasi layak baru mencapai 62,14% (40,76 juta rumah tangga). Bisa dikatakan untuk mencapai 100 persen perlu usaha ekstra dari masing-masing individu. Bagi individu-individu yang selama ini tidak peduli dengan kondisi sanitasi lingkungannya, memang diperlukan usaha ekstra. Meski sulit bagi beberapa orang, mewujudkan sanitasi yang lebih baik tentu bukan merupakan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.
Menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, pemerintah Indonesia menargetkan untuk meraih 100 persen sanitasi sehat pada tahun 2025. Target ini merupakan salah satu bentuk itikad baik pemerintah dalam mewujudkan sanitasi yang lebih baik. Meski memiliki tujuan yang baik, masih banyak orang menganggap bahwa target pemerintah ini merupakan sesuatu yang tidak realistis. Sebenarnya target ini tidak sulit dicapai jika kita sungguh-sungguh mendukung tujuan baik dari pemerintah kita. Kita bisa memulai dari diri kita sendiri. Jika kita sudah bisa mendisiplinkan diri kita untuk mewujudkan sanitasi yang sehat melalui gaya hidup kita, kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Tidak perlu bersusah payah untuk memikirkan cara yang hebat untuk melakukannya karena jika kita konsisten, cara sederhana juga bisa menjaga kondisi lingkungan kita. Banyak cara yang bisa kita lakukan agar sanitasi sehat bisa tercipta. Diantaranya adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan, menghemat penggunaan air dan membersihkan rumah dan pekarangan kita secara rutin.
Banyak tindakan kita yang tidak kita sadari menganggu kebersihan lingkungan kita. Kita terkadang tidak peduli akan kebersihan lingkungan kita. Membuang sampah sembarangan terutama ke sungai ataupun got merupakan salah satu contohnya. Kita menganggap bahwa dengan hanya membuang sedikit sampah tidak akan menimbulkan masalah yang berarti bagi kita. Kita terkadang tidak memikirkan bahwa bagaimana jika setiap orang membuang sedikit sampah ke sungai tersebut. Sungai yang kotor membuka peluang bagi bibit-bibit penyakit untuk tumbuh subur. Selain menimbulkan penyakit, membuang sampah ke sungai juga menyebabkan banjir. Seperti yang kita tahu bahwa bencana banjir di Indonesia selain karena kurangnya resapan air juga bisa disebabkan oleh sungai yang tidak lagi bisa menampung air hujan. Salah satu penyebab pendangkalan sungai adalah kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah ke sungai. Menyikapi fenomena ini, masihkah kita mau membuat alasan pembenar untuk membuang sampah di sungai?
Air bersih merupakan sumber daya yang bisa dikatakan terbatas. Keterbatasan sumber daya air mendorong pemerintah untuk mengeluarkan UU No. 17 tahun 2019 tentang sumber daya air. UU tersebut menyebutkan bahwa jumlah penduduk yang kian meningkat tidak diiringi dengan sumber daya air yang meningkat pula. Kita sebagai masyarakat harus mendukung tujuan baik dari pemerintah denga cara menghemat penggunaan air. Dengan menghemat air, kita tidak hanya menjaga ketersediaan air bersih namun kita juga memastikan air tetap tersedia untuk masa depan kita. Bayangkan jika suatu saat nanti kita tidak mendapat akses yang cukup terhadap air bersih. Kita hanya akan mandi dengan air kotor yang membawa penyakit bagi kita. Sungguh bukan sesuatu yang diinginkan, bukan? Memang bagi orang yang tidak terbiasa menghemat air terasa sulit namun jika kita sudah terbiasa menghemat penggunaan air, kita tidak akan lagi merasa berat dalam melakukannya. Tidak lupa mematikan kran air setelah digunakan merupakan salah satu contoh cara untuk menghemat penggunaan air.
Selain menghemat penggunaan air, kita harus menjaga lingkungan sekitar kita agar tetap bersih. Dengan menjaga kebersihan lingungan sekitar kita, bukan hanya manfaat kesehatan yang kita dapat melainkan kita juga dapat menikmati berada di rumah kita sendiri. Rumah dan pekarangan tempat kita tinggal harus selalu bersih. Rutin membersihkan rumah dapat mengurangi resiko kita untuk terserang beberapa penyakit seperti diare, kolera, hingga hepatitis E. Kesehatan merupakan sesuatu yang penting untuk kita jaga karena jika kita sehat, kita bisa menjalankan aktivitas dengan baik.
Lingkungan yang bersih memiliki urgensi bagi kualitas kesehatan penghuninya. Dengan melakukan hal-hal yang baik terhadap lingkungan, kita secara tidak langsung mendukung target pemerintah yaitu 100 persen sanitasi sehat pada tahun 2025. Tidak sulit sebenarnya untuk mencapainya, hanya saja perlu niat dan disiplin diri yang kuat untuk melakukannya jika kita memang belum terbiasa. Oleh karena itu alangkah baiknya kita memulai dari sekarang untuk menjaga kebersihan lingkungan kita. Tidak ada kata terlambat untuk melakukannya.
















DAFTAR PUSTAKA

Antara Sumbar. 2013.  Indonesia Raih 100 persen sanitasi sehat 2025 di
Damashinta, Cynthia Ika. 2019. Sanitasi Indonesia Terburuk Ketiga di           
Virdhani, Marieska Harya. 2014. Air Bersih & Sanitasi Jadi Syarat Desa Sehat di             https://lifestyle.okezone.com/read/2014/10/20/481/1054463/air-bersih-sanitasi-jadi-   syarat-desa-sehat [diunduh 13 Desember 2019]

Monday, July 22, 2019

Fenomena PANJAT SOSIAL di Masyarakat


Pastilah anda pernah menyadari bahwa dalam kehidupan ini selalu ada orang yang derajatnya lebih tinggi ataupun lebih rendah di masyarakat. Di masyarakat tentu akan selalu ada sesuatu yang dihargai dan dianggap lebih, hal tersebut merupakan salah satu penyebab mengapa adanya ketimpangan di Masyarakat sehingga memicu keinginan untuk melakukan sesuatu agar status sosial seseorang bisa naik dalam masyarakat. Generasi muda kita pada saat ini merupakan generasi yang selalu aktif di sosial media. Seperti yang kita tahu, sosial media merupakan suatu media bagi sebagian besar orang untuk membagikan pengalaman dan kesuksesannya. Hal tersebut tentu bisa memicu rasa rendah diri ketika melihat kehidupan orang lain yang tampaknya lebih sukses dan bahagia dibandingkan dengan kehidupan kita namun nyatanya belum tentu demikian.
Generasi yang biasa kita sebut dengan generasi millennial juga merupakan generasi yang kompetitif, mengingat selalu adanya rasa tidak ingin kalah dalam kehidupan mereka. Sudah sewajarnya terjadi hal tersebut karena pada diri setiap manusia selalu ada hasrat untuk menjadi lebih baik, baik lebih baik daripada hari kemarin maupun lebih baik daripada sesamannya. Seperti pepatah ‘’homo homini lupus’’ yang berarti manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Manusia akan berkompetisi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Sulit untuk membantah pepatah ini karena manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial dan ekonomi dimana meski kita tidak dapat hidup dengan orang lain, kita juga selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita termasuk keinginan akan status sosial yang lebih tinggi.
Fenomena ‘’PANJAT SOSIAL’’ atau ‘’usaha yang dilakukan untuk menaiki strata sosial’’ di masyarakat merupakan sesuatu yang sudah ada sejak manusia itu ada. Dimana pada zaman dahulu manusia berkompetisi untuk menjadi yang paling kuat dan berkuasa agar bisa memperoleh kedudukan yang tinggi, yang biasa kita sebut dengan primus interpares. Fenomena ‘’PANJAT SOSIAL’’ juga akan terus ada selama manusia itu masih ada. Jika kita melihat pada zaman sekarang ini, tahun 2019, para remaja berlomba-lomba melakukan panjat sosial dengan cara memperlihatkan kesenangan hidup mereka yang biasanya berupa gaya hidup di sosial media. Sebenarnya hal tersebut bukan menjadi satu-satunya cara untuk menaiki tangga sosial. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan agar kita bisa menaiki tanggal sosial. Seperti yang kita tahu dasar dasar dalam menentukan status seseorang kita bisa melihat dari berbagai aspek seperti ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan. Namun terlalu banyak orang yang hanya mengandalkan satu aspek saja dari banyak hal tersebut.
Kita harus menyikapi fenomena panjat sosial ini dengan tepat. Kita harus jeli karena banyak orang yang menghalalkan segala cara agar ia bisa menempati posisi yang lebih tinggi dalam pergaulan. Banyak orang yang rela berbohong agar diri terlihat kaya di mata teman-temannya dan sudah tidak sepantasnya kita mengagung-agungkan orang yang berpura-pura kaya agar bisa disegani di masyarakat. Sehingga di era digital saat ini, kita dituntut untuk jeli dalam menilai. Meski begitu, bukan berarti stratifikasi sosial, penggolongan penduduk secara vertical harus dihapuskan. Saya sangat setuju dengan adanya stratifikasi sosial di masyarakat sebagai penghargaan terhadap individu yang berusaha lebih dan juga untuk menumbuhkan semangat dan daya juang di masyarakat. Namun yang saya tidak setuju adalah saat banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk menaiki tangga sosial dalam pergaulan. Banyak orang yang pura-pura kaya agar ia disegani. Banyak orang melakukan trik jahat untuk menaiki suatu jabatan tertentu di perusahaan dan itu merupakan tindakan tidak terpuji. Mugkin hal tersebut terjadi karena kurang jelinya masyarakat dalam membedakan mana orang yang jujur dan tidak. Hal ini yang saya tidak setuju. Panjat sosial haruslah dilakukan dengan baik dan jujur sehingga kita bisa melihat secara benar mana orang yang patut diberikan penghargaan atau tidak.
Meskipun saya setuju dengan adanya stratifikasi sosial di masyarakat, saya tidak setuju dengan orang yang telalu mengagungkan status yang diwariskan, yang biasa disebut dengan ascribed status. Seorang remaja yang sangat berbangga diri karena terlahir dari keluarga yang kaya, itu merupakan sesuatu yang tidak baik karena bisa membuat orang yang tidak terlahir dari keluarga kaya mengalami putus asa. Akan lebih baik kita berbangga diri terhadap harta yang kita hasilkan sendiri setelah kita bekerja daripada kita membanggakan sesuatu yang bukan merupakan usaha kita melainkan usaha orang tua kita, berterimakasihlah kepada mereka namun janganlah terlalu berbangga diri. Akan lebih baik kita berbangga diri dengan prestasi yang telah kita raih daripada selalu memamerkan barang branded di sosial media jika hal tersebut bukanlah hasil jerih payah kita. Kita harus lebih berfokus terhadap status yang diusahakan, yang biasa disebut dengan achieved status karena dengan begitu kita menghargai usaha dan jerih payah orang lain.